Saturday, December 7, 2013

Kota Palembang, Sungai Musi dan Konsep Uluan Iliran

Bundaran Tempo Doeloe
Mengkaji peradaban bahari Kota Palembang tidak terlepas dari tiga komponen dasar yang menopangnya, yaitu Sungai Musi, Uluan Iliran dan Kota Palembang itu sendiri. Kota Palembang termasuk dalam wilayah Sumatera Selatan masa kini. Dalam sebuah catatan masa kolonial Marsden mendeskripsikan Palembang sebagai suatu daerah yang terletak didataran rendah dengan tanah yang rata, rawa-rawa dan daerah pantai yang sering kali terendam oleh banjir, hal ini membuat Palembang tidak cocok untuk tempat bercocok tanam. Sedangkan daerah pedalaman Palembang memiliki daerah yang subur dan terletak didaerah dataran tinggi, sehingga barang-barang produksi dihasilkan oleh daerah ini.
Sebagai daerah dataran rendah Palembang sangat bergantung pada bidang jasa terutama perdagangan. Hal inilah yang kemudian membuat Sungai Musi mempunyai posisi yang sangat sentral di Kota Palembang. Sungai Musi yang panjangnya mencapai 550 km, dan merupakan induk dari Sungai Ogan, Beliti, Lematang, Lakitan, Komering, Rawas, Rupit, Kelingi dan Batang Leko.1 Sungai-sungai ini merupakan anak sungai Musi yang disebut Batanghari Sembilan. Disamping itu Sungai Musi membelah Kota Palembang menjadi dua, yaitu daerah Hulu dan Hilir. Dari sejumlah sungai itu digunakan sebagai sarana transportasi yang mampu membentuk suatu pusat jaringan perdagangan di Kota Palembang.2 Maka dari itu Sungai Musi tentunya mengambil peranan penting dalam citra Palembang sebagai Kota Air yang selaras dengan pendapat beberapa Sejarawan seperti Altman,Irwin dan Chamers. Dan dari sungai ini juga terbentuklah konsep Uluan dan Iliran.
Uluan dan Iliran merupakan konsep kewilayahan yang sama sekali berbeda dengan Jawa. Pada perkembangannya Uluan dan Iliran tidak hanya menjadi konsep kewilayahan semata, tetapi juga dalam konsep sosio-kultural. Secara kewilayahan konsep Uluan adalah daerah yang terletak dipedalaman Sumatera Selatan disepanjang aliran Batanghari Sembilan. Sedangkan konsep Iliran merujuk kepada Kota Palembang yang memiliki Sungai Musi sebagai muara dari Batanghari Sembilan. Daerah Iliran tersebut, kerapkali juga disandingkan dengan kedatangan kemajuan, sebab yang paling pertama menerima perubahan acapkali datang dari daerah iliran sungai, yang kemudian kalau itu memang sampai, baru kemajuan itu menyentuh ke arah dan mengarah ke dunia daerah Uluan.3 Maka tidak heran dengan adanya Sungai Musi dan dekatnya jarak ke laut lepas Kota Palembang menjadi Bandar Dagang terpenting secara lokal maupun Internasional.

  1.  P. De Roo De Faille, Dari Zaman Kesultanan Palembang, terj. (Djakarta : Bhratara, 1971), hlm. 16.
  2. Supriyanto, Pelayaran dan Perdagangan di Pelabuhan Palembang 1824-1864, (Yogyakarta : Ombak, 2013), hlm. 32.
  3. Dedi Irwanto dkk, Iliran dan Uluan : Dinamika dan Dikotomi Sejarah Kultural Palembang, (Yogyakarta : Eja Publisher, 2010), hlm. 3.
Tulisan ini untuk sejarahri.com
Tiger Roots Movement