Bundaran Tempo Doeloe |
Mengkaji peradaban bahari Kota Palembang
tidak terlepas dari tiga komponen dasar yang menopangnya, yaitu Sungai Musi, Uluan Iliran dan Kota Palembang itu
sendiri. Kota Palembang termasuk dalam wilayah Sumatera Selatan masa kini. Dalam
sebuah catatan masa kolonial Marsden mendeskripsikan Palembang sebagai suatu
daerah yang terletak didataran rendah dengan tanah yang rata, rawa-rawa dan
daerah pantai yang sering kali terendam oleh banjir, hal ini membuat Palembang
tidak cocok untuk tempat bercocok tanam. Sedangkan daerah pedalaman Palembang
memiliki daerah yang subur dan terletak didaerah dataran tinggi, sehingga
barang-barang produksi dihasilkan oleh daerah ini.
Sebagai daerah dataran rendah Palembang
sangat bergantung pada bidang jasa terutama perdagangan. Hal inilah yang
kemudian membuat Sungai Musi mempunyai posisi yang sangat sentral di Kota
Palembang. Sungai Musi yang panjangnya mencapai 550 km, dan merupakan induk
dari Sungai Ogan, Beliti, Lematang, Lakitan, Komering, Rawas, Rupit, Kelingi
dan Batang Leko.1
Sungai-sungai ini
merupakan anak sungai Musi yang disebut Batanghari
Sembilan. Disamping itu Sungai Musi membelah Kota Palembang menjadi dua,
yaitu daerah Hulu dan Hilir. Dari sejumlah sungai itu
digunakan sebagai sarana transportasi yang mampu membentuk suatu pusat jaringan
perdagangan di Kota Palembang.2 Maka dari itu Sungai Musi tentunya
mengambil peranan penting dalam citra Palembang sebagai Kota Air yang selaras
dengan pendapat beberapa Sejarawan seperti Altman,Irwin dan Chamers. Dan dari
sungai ini juga terbentuklah konsep Uluan
dan Iliran.
Uluan
dan Iliran merupakan konsep kewilayahan yang sama sekali berbeda dengan
Jawa. Pada perkembangannya Uluan dan Iliran tidak hanya menjadi konsep
kewilayahan semata, tetapi juga dalam konsep sosio-kultural. Secara kewilayahan
konsep Uluan adalah daerah yang terletak
dipedalaman Sumatera Selatan disepanjang aliran Batanghari Sembilan. Sedangkan konsep Iliran merujuk kepada Kota Palembang yang memiliki Sungai Musi
sebagai muara dari Batanghari Sembilan. Daerah Iliran tersebut, kerapkali juga disandingkan dengan kedatangan kemajuan, sebab yang paling pertama menerima perubahan acapkali datang dari daerah iliran sungai, yang kemudian kalau itu memang sampai, baru kemajuan itu menyentuh ke arah dan mengarah ke dunia daerah Uluan.3 Maka tidak heran dengan adanya Sungai Musi dan dekatnya jarak ke laut lepas
Kota Palembang menjadi Bandar Dagang terpenting secara lokal maupun
Internasional.
- P. De Roo De Faille, Dari Zaman Kesultanan Palembang, terj. (Djakarta : Bhratara, 1971), hlm. 16.
- Supriyanto, Pelayaran dan Perdagangan di Pelabuhan Palembang 1824-1864, (Yogyakarta : Ombak, 2013), hlm. 32.
- Dedi Irwanto dkk, Iliran dan Uluan : Dinamika dan Dikotomi Sejarah Kultural Palembang, (Yogyakarta : Eja Publisher, 2010), hlm. 3.
No comments:
Post a Comment